Perusahaan Wajib Pertimbangkan 4 Hal Ini agar Sukses di Era Edge Computing!
Dalam mewujudkan transformasi digital yang tangguh dan andal, edge computing dapat dijadikan sebuah solusi bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Edge computing merupakan komputasi tepi yang memiliki paradigma komputasi terdistribusi. Artinya, edge computing bisa membawa penyimpanan data lebih dekat ke lokasi yang diperlukan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan respons dan menghemat bandwitch.
Berbeda dengan cloud computing yang memiliki penyimpanan terpusat. Pada cloud computing, semua data berada pada satu tempat. Kelemahan bila perusahaan hanya mengandalkan cloud computing adalah respons saat memproses suatu data bisa jadi lebih lambat karena padatnya konektivitas.
Baca juga: Penerapan Edge Computing di Asia Pasifik Tingkatkan Bisnis hingga 10 Persen
Business Vice President Secure Power Division Schneider Electric Indonesia Yana Achmad Haikal menjelaskan, meskipun dinilai menjadi solusi bagi perusahaan melakukan transformasi digital, edge computing nyatanya menghadirkan tantangan baru.
“Tantangan ini salah satunya berupa terbatasnya staf teknologi informasi (TI) dengan kemampuan mumpuni untuk mengelola beberapa data center di berbagai tempat yang berjauhan,” kata Yana dalam acara Virtual Group Media Interview Schneider Electric, Kamis (28/1/2021).
Oleh sebab itu, dalam membangun edge computing yang andal dan berkelanjutan, perusahaan wajib mempertimbangkan empat faktor berikut.
1. Peningkatan efisiensi
Semakin tingginya kebutuhan akan edge data center, maka semakin kompleks pula tantangan yang dihadapi oleh staf TI untuk mengelola edge data center dalam jumlah besar.
“Untuk mengatasinya, perusahaan bisa menerapkan teknologi artificial intelligence (AI) dan machine learning untuk melakukan analisis prefiktif terhadap kemungkinan memprediksi gangguan yang tidak direncanakan,” ujar Yana.
Baca juga: Membangun Data Center Lebih Tangguh dengan Kekuataan AI dan Machine Learning
Selain analisis prediktif, kedua teknologi tersebut juga akan memberikan insight dan tolok ukur guna mendorong tingkat efisiensi dalam hal konsumsi maupun pengelolaan energi.
2. Pengawasan dan pengelolaan
Perusahaan juga wajib mengantisipasi dan memiliki sistem yang tepat untuk bereaksi secara efisien saat terjadi masalah. Untuk itu, perusahaan harus memiliki platform manajemen edge masa depan berbasis cloud.
Sistem tersebut akan memberikan insight bagi perusahaan untuk mengelola operasional dari jarak jauh dan memungkinkan analisis data dengan kemampuan prediktif untuk kinerja yang lebih baik.
Tidak hanya itu, pemanfaatan layanan berbasis cloud juga memungkinkan staf TI dapat mengoptimalkan pengelolaan situs edge computing lebih baik dengan mengurangi risiko downtime.
3. Standardisasi dan integrasi
Salah satu tantangan dalam pengelolaan edge data center adalah terbatasnya staf TI. Untuk mengatasi hal ini, perusahaan bisa melakukan standardisasi dan integrasi desain serta peralatan digital yang dimiliki.
Baca juga: 10 Manfaat Teknologi Smart Building pada Properti Anda
Standardisasi menyederhanakan penerapan dan pemeliharaan yang memberikan keuntungan bagi perusahaan, utamanya staf TI. Sementara sistem yang terintegrasi memberikan manfaat terhadap penerapan dan pengelolaan edge data center secara umum.
4. Pemeliharaan
Untuk penerapan edge data center dalam skala besar, sangat penting bagi perusahaan melakukan prakonfigurasi lokasi dengan micro data center. Micro data center harus dirancang untuk meminimalisasi pemeliharaan karena situs edge data center yang tersebar di berbagai lokasi.
Guna menjawab berbagai tantangan masa depan di era edge computing tersebut, Schneider Electric pun memperkenalkan tiga solusi edge data center yang meliputi EcoStruxure Micro Data Center, EcoStruxure IT Expert, dan Monitoring and Dispatch Services.
“Mengingat tidak semua lokasi penempatan data center didukung dengan sistem TI yang mumpuni, kami menghadirkan teknologi EcoStruxure Micro Data Center dalam bentuk self-contained dan single rack. EcoStruxure Micro Data Center memungkinkan edge server, peralatan jaringan, dan uninterruptible power supply (UPS) dapat dipasang dengan aman di dinding ruangan,” jelas Yana.
Dengan begitu, alat-alat tersebut tidak menghabiskan banyak tempat dan memiliki tingkat kenyamanan beroperasi sebesar 60 persen dibandingkan wallmount pada umumnya.
Baca juga: Strategi Manufaktur Bertahan di Masa Pandemi
Shock packing yang dimiliki EcoStruxure Micro Data Center juga memungkinkan perusahaan melakukan pre-install dengan cepat dan terstandardisasi.
Selanjutnya, EcoStruxure IT Expert. Platform manajemen solusi edge berbasis cloud ini memungkinkan perusahaan dapat mengelola edge data center dari jarak jauh dan memberikan kemampuan prediktif melalui analisis data secara real-time.
Terakhir, layanan Monitoring and Dispatch Services. Dengan terkoneksi melalui cloud service hub, perusahaan akan mendapatkan informasi dan rekomendasi terbaru terhadap kinerja uptime perangkat infrastruktur TI yang dipantau selama 24/7 dengan dukungan troubleshooting oleh para tenaga ahli dari Schneider Electric.
Dengan pendekatan proaktif melalui Monitoring and Dispatch Services tersebut, perusahaan pun dapat menghemat biaya pengelolaan dan pemeliharaan hingga 40 persen.