Penerapan Edge Computing di Asia Pasifik Tingkatkan Bisnis hingga 10 Persen

Alek Kurniawan
3 min readJan 20, 2021

Perusahaan global dalam transformasi digital di pengelolaan energi dan otomasi, Schneider Electric mengumumkan temuan survei Tech Research Asia (TRA) tentang edge computing di Asia Pasifik.

Laporan tersebut mencakup berbagai insight dari 15 Chief Information Officers (CIO) dan 1.100 pimpinan sektor teknologi informasi (TI) di berbagai industri.

Adapun konteks dari survei tersebut membahas keadaan TI pada era sekarang, tujuan dan penggunaan edge computing, serta panduan di masa mendatang. Laporan ini juga membahas insight terhadap edge computing pada lima segmen industri secara lebih mendalam.

Director TRA, Trevor Clarke mengatakan bahwa sebagian besar organisasi di Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang akan merasakan kekuatan edge computing.

Baca juga: Lebih Penting Mana di Sektor Industri Manufaktur, Tim IT atau OT?

“Meskipun tidak semua orang akan menggunakan istilah ‘edge’, tetapi mereka benar-benar membutuhkan situs dan kapabilitas edge untuk dapat berhasil diterapkan,” tambahnya.

Survei tersebut terdiri dari penelitian ekstensif dan wawancara mendalam dengan responden di berbagai industri dari Australia, Jepang, Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea Selatan, Filipina, dan Taiwan.

Senior Vice President Schneider Electric untuk Asia Timur dan Jepang, Benoit Dubarle mengatakan, laporan terbaru TRA menunjukkan alasan utama para pemimpin TI mengadopsi edge computing adalah untuk mengatasi masalah bandwidth dan latensi.

Baca juga: Teknologi dari Schneider Electric Ini Mampu Perkuat Ekosistem Data Center Perusahaan

“Hal ini menunjukkan fakta lebih lanjut terkait manfaat signifikan dalam menerapkan solusi edge dalam lingkungan bisnis saat ini di mana kecepatan dan efisiensi yang lebih tinggi menjadi keunggulan kompetitif,” ucap Benoit.

Manfaat edge computing

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa 72 persen responden yang telah mengadopsi edge computing melihat manfaat dalam pengurangan biaya TI, diikuti dengan penurunan biaya operasional sebanyak 46 persen dan peningkatan kepuasan pelanggan sebesar 34 persen.

Sektor pendidikan tinggi menempati urutan teratas dengan jumlah 68 persen sebagai sektor yang telah mengadopsi edge computing.

Demikian pula di sektor healthcare. Sekitar setengah dari responden di industri ini menyatakan telah mengadopsi edge computing. Sejumlah 80 persennya adalah pengguna yang sudah ada dari beberapa bentuk layanan cloud computing.

Baca juga: 4 Prediksi Schneider Electric Terkait Peran Internet di 2021

Salah satu alasan utama pemanfaatan teknologi edge computing adalah berkurangnya masalah bandwidth dan latensi, memenuhi kewajiban terhadap aspek keamanan, serta meningkatkan efisiensi biaya.

Di sektor layanan keuangan, preferensi terhadap komputasi edge cukup tinggi. Sebanyak 63 persen institusi layanan keuangan di Asia Pasifik menyatakan telah mengadopsi edge computing.

Kondisi TI di Asia Pasifik

Survei TRA juga menyoroti beberapa poin penting terkait strategi infrastruktur TI saat ini di 10 negara Asia Pasifik. Berikut beberapa temuannya:

· Teknologi hybrid makin diminati di Kawasan Asia Pasifik dengan 51 persen responden menyatakan bahwa mereka akan memiliki perpaduan infrastruktur antara cloud dan onpremise.

· Ada sedikit peningkatan pada perkiraan jumlah data center yang dimiliki dan penggunaan co-location. Sebanyak 21 persen responden berencana membangun infrastruktur baru.

· Sejumlah 95 persen responden mengatakan saat ini mereka sudah menggunakan Software as a Service (SaaS). Persentase ini akan tetap konstan, tetapi TRA memprediksi pertumbuhan SaaS akan terus berlanjut dengan penambahan jumlah organisasi yang memanfaatkannya di masa depan.

· Modernisasi data center dan cloud computing adalah prioritas utama beberapa perusahaan di Indonesia. Pembangunan infrastruktur baru masih menjadi fokus dan mengalami pertumbuhan. Namun, pergerakan dalam cloud computing cenderung lebih sedikit.

Adopsi edge computing

Terkait adopsi pasar, sekitar 28 persen pemimpin TI di kawasan Asia Pasifik menyatakan bahwa mereka memanfaatkan edge computing di berbagai lokasi dengan tambahan pengguna baru sebanyak 38 persen dalam 24 bulan ke depan. Hal ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah lokasi dari rata-rata 7 lokasi menjadi 11 lokasi.

Baca juga: Mengenal EcoStruxure Plant Advisor sebagai Teknologi Pintar Operasional Pabrik

Sebanyak 39 persen responden perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka sudah mengadopsi edge computing. Sedangkan sekitar 40 persen lainnya u baru mengenal, tetapi memahami konsepnya.

Adapun beberapa tujuan utama pemanfaatan edge computing bagi perusahaan, di antaranya:

· Solusi edge memberikan pengalaman yang lebih baik dan memungkinkan pelanggan mengakses data dan aplikasi dengan lebih aman dan cepat.

· Dapat mengurangi latensi dan memungkinkan karyawan menjadi lebih produktif, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi Internet of Things (IoT) terbaru yang menekankan pada fungsionalitas.

· Memungkinkan pemeliharaan peralatan dan mesin secara proaktif, memantau kinerja gedung dan aset, serta memastikan pemantauan keamanan CCTV secara real-time.

Secara keseluruhan, pengguna awal edge computing di Asia Pasifik melihat penurunan biaya TI dan operasional yang berdampak terhadap peningkatan bisnis yang berkisar rata-rata 5–10 persen.

--

--