Manfaat Cloud Computing dan AI untuk Kolaborasi Jarak Jauh

Alek Kurniawan
4 min readFeb 18, 2022

--

Cloud computing dan AI

Model kerja jarak jauh yang menjadi kebiasaan baru dalam dunia bisnis saat ini harus dibangun dengan landasan ekosistem kerja yang kolaboratif dan mendukung produktivitas.

Pemanfaatan teknologi digital dan automasi, seperti industrial cloud computing, kolaborasi digital, dan artificial intelligence (AI) menjadi kunci kesuksesan dalam membangun dunia digital yang saling terhubung.

Bisa dibilang, Covid-19 telah mempercepat upaya transformasi digital yang dilakukan banyak organisasi sebelum pandemi.

Baca juga: Pentingnya Sustainability bagi Penyedia Jasa Data Center dan Colocation

Sekarang, dunia telah jauh berlari melampaui yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Perusahaan industri di seluruh dunia dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi kerja yang sangat tidak biasa. Para pekerja perlu mengakses peralatan kerjanya dari mana saja dan kapan saja.

Bisnis yang lebih gesit dan tangguh dalam memanfaatkan teknologi inovatif untuk memfasilitasi model kerja jarak jauh juga memungkinkan mereka membuat keputusan lebih cepat dan akurat. Hasilnya, perusahaan menemukan cara baru untuk mengontrol pengeluaran biaya dengan lebih baik dan mengurangi risiko operasional.

Operasional dan pemeliharaan jarak jauh

Inovasi teknologi memungkinkan pengelolaan operasional dan pemeliharaan di lokasi terpencil. Dengan bantuan industrial internet of things (IIoT), digital twins, cloud computing, dan AI, hambatan kompleksitas rantai pasokan, produksi, serta distribusi dalam kegiatan operasional dapat diatasi dengan menghubungkan proses inti ke dalam lingkungan digital terpadu.

Perusahaan seperti Schneider Electric dan AVEVA bahkan menyediakan perangkat lunak, layanan, digital power, dan solusi infrastruktur yang memudahkan transisi ke dunia operasional yang dikendalikan dari jarak jauh dengan ekosistem terhubung.

Baca juga: Infrastruktur Digital Jadi Sektor Vital Industri e-Commerce Lebih Sustainable

Berikut adalah tiga faktor kunci keberhasilan untuk membangun ekosistem operasional yang terhubung.

1. Industrial cloud computing

Menyediakan akses jarak jauh terhadap data dengan cara yang aman dan dapat diaudit menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan bagi organisasi yang mengharapkan ekosistem kerja terhubung secara produktif.

Pasalnya, mengakses data secara terintegrasi melalui solusi analitik berbasis cloud memungkinkan staf menavigasi kompleksitas baru dengan lebih gesit.

Ketika data disajikan dalam satu platform yang sama kepada staf dalam konteks yang relevan, mereka bisa melakukan kolaborasi untuk mengatasi masalah dengan jauh lebih baik dan mendorong efisiensi.

Baca juga: Mengenal Adopt a Tree, Program Lingkungan Sekolah Hijau dari Schneider Electric

Ketika staf di seluruh rantai nilai mendapatkan akses “di ujung jari mereka” terhadap informasi yang sama, pengambilan keputusan akan menjadi lebih cepat, lebih tepat, dan lebih menguntungkan.

Misalnya, sebuah perusahaan energi multinasional yang aktif di sektor pembangkit dan distribusi listrik, ENEL. Baru-baru ini, perushaan tersebut mengembangkan pembangkit semi-otonom menggunakan teknologi digital twin dari AVEVA.

Dalam satu malam, mereka dapat mentransisikan 30.000 pekerja mereka di Italia ke model kerja jarak jauh. Informasi utama dari sistem inti di lokasi pun dapat dimigrasikan ke cloud tanpa menyebabkan gangguan apa pun pada operasional.

Investasi pada teknologi memungkinkan perusahaan memastikan kelangsungan dan semakin memperkuat ketahanan operasional perusahaan secara menyeluruh.

2. Kolaborasi digital

Dengan semakin terhubungnya akses ke data dan informasi penting, hal ini dapat meningkatkan kemampuan untuk mendorong kolaborasi yang lebih efektif. Perangkat lunak yang ada saat ini menyediakan informasi relevan dan dapat disesuaikan dalam bentuk dasbor berbasis data yang semakin menyederhanakan sekaligus memungkinkan kolaborasi secara virtual.

Misalnya, Neste, produsen diesel terbarukan dan bahan bakar penerbangan berkelanjutan terkemuka di dunia. Perusahaan ini sedang mengembangkan daur ulang bahan kimia untuk memerangi tantangan limbah plastik.

Baca juga: Mengulas Studi Terbaru Schneider Electric dan CNBC tentang Solusi Teknologi Digital terhadap Perusahaan

Dalam perjalanan mereka menuju netralitas karbon pada 2035, mereka menggunakan inovasi digital untuk mendorong hasil yang sustainable di seluruh lini bisnis.

Selama lebih dari 10 tahun, Neste terus meningkatkan volume produk terbarukannya. Saat ini, perusahaan memiliki kapasitas untuk memproduksi 3,2 juta ton produk terbarukan setiap tahun di kilangnya di Singapura, Rotterdam, dan Porvoo di Finlandia.

Namun, menyeimbangkan pasokan bahan baku dan produksi bahan bakar di beberapa lokasi secara global menjadi tantangan yang rumit. Neste menggunakan perangkat lunak AVEVA Unified Supply Chain untuk mengoptimalkan dan menjadwalkan renewable credits, serta mengurangi emisi dari penyulingan konvensional dan produksi diesel terbarukannya.

Solusi itu bekerja di 80 lokasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang optimal seputar pasokan dan distribusi, serta perencanaan dan penjadwalan produksi. Dengan penerapan cloud, tim dapat menggunakan kecerdasan data dan analitik untuk membuat keputusan cepat dari mana saja.

3. Artificial intelligence

Selain ketersediaan data dalam jumlah besar yang dibagikan di cloud, para pekerja membutuhkan teknologi digital untuk dapat mendukung mereka dengan inferensi jarak jauh, prediksi, panduan, dan adaptasi operasional. Kecerdasan buatan atau AI bisa dimanfaatkan untuk menciptakan kesadaran data dan mengisi celah atas pelaporan secara onsite.

Contoh terbaik dapat dilihat pada penerapan di produsen pasir minyak, Suncor dan penyedia listrik di Amerika Serikat (AS), Duke. Kedua perusahaan menggunakan hardware dari Schneider Electric yang dikombinasikan dengan pemodelan rentang dinamis AVEVA, yaitu alat prognostik dan analitik yang dilengkapi AI untuk mengoptimalkan proses di seluruh aset.

Baca juga: Mengapa Teknologi Digital Jadi Kunci Atasi Perubahan Iklim?

Mereka menggabungkan data tentang berbagai hal, mulai dari laju aliran dan volume hingga shift dan perencanaan operasional.

Sekarang, pemimpin kedua perusahaan dapat mendeteksi kegagalan unit lebih awal, mengidentifikasi potensi tantangan produksi atau kegagalan peralatan sebelum terjadi, dan mengoptimalkan kinerja dengan mengalihkan secara otomatis ke komponen pabrik yang berbeda untuk mengantisipasi kegagalan.

Pemanfataan teknologi automasi tersebut telah memungkinkan Suncor untuk mendorong produktivitas dan memastikan produksi yang lebih tinggi, dan mengoptimalkan masa manfaat portofolio mereka. Di Duke, perusahaan dapat menghemat 34 juta dollar AS dalam satu operasional yang diprediksi AI.

Pekerja kedua perusahaan pun dapat merasakan manfaat penggunaan teknologi digital dan automasi yang memungkinkan mereka membuat keputusan lebih baik, berkolaborasi secara real-time, meningkatkan keselamatan, dan mendorong sustainability di seluruh operasional.

--

--

Alek Kurniawan
Alek Kurniawan

No responses yet