Infrastruktur Digital Jadi Sektor Vital Industri e-Commerce Lebih Sustainable

Alek Kurniawan
3 min readFeb 1, 2022

--

Laporan e-Conomy SEA 2021 yang dirilis oleh Temasek, Google, serta Bain & Company menyebutkan, perdagangan e-commerce di Indonesia pada 2021 tercatat mencapai 53 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 760 triliun. Angka ini meningkat sekitar 52 persen dibandingkan 2020.

Nominal tersebut menjadikan industri e-commerce sebagai kontributor terbesar dalam pertumbuhan nilai ekonomi digital Indonesia.

Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun menargetkan belanja online melalui platform e-commerce yang saat ini baru menyumbang 4 persen menjadi 18 persen terhadap total pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2030.

Baca juga: Mengenal Adopt a Tree, Program Lingkungan Sekolah Hijau dari Schneider Electric

Ditambah, perkembangan industri 4.0 dan situasi pandemi Covid-19 turut menjadi akselelator pertumbuhan perdagangan secara elektronik beberapa tahun terakhir.

Hasil survei We Are Social pada April 2021 menunjukkan, Indonesia bertengger sebagai negara tertinggi di dunia yang menggunakan layanan e-commerce dengan 88,1 persen pengguna internet di Indonesia berbelanja online.

Secara tidak langsung, pertumbuhan sektor e-commerce turut meningkatkan kebutuhan perusahaan akan data center. Seperti diketahui, data center berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan mentransfer data secara cepat melalui cloud.

Baca juga: Cara Jitu Atasi Perubahan Iklim dengan Memanfaatkan Teknologi Digital

Di sisi lain, pengelolaan data center memerlukan konsumsi energi lebih besar. Oleh karena itu, perusahaan e-commerce diharapkan mulai mempertimbangkan penggunaan data center yang lebih efisien agar dapat mengurangi dampak emisi karbon terhadap kelestarian lingkungan.

Data center yang hemat energi

Penelitian dari Schneider Electric menunjukkan, data center diprediksi menjadi penyumbang konsumsi energi terbesar di industri teknologi informasi dengan konsumsi 8,5 persen dari penggunaan listrik global pada 2035.

Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Yana Achmad Haikal menyebutkan, data center merupakan teknologi masa kini dan masa depan.

Pada masa mendatang, data center diharapkan dapat mengonsumsi listrik lebih sedikit tanpa mengorbankan reliability (keandalan).

Baca juga: Pemanfaatan Teknologi Digital Mampu Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca Perusahaan

“Salah satu caranya adalah dengan melakukan digitalisasi pengelolaan energi dan automasi dengan memanfaatkan software management tool, seperti EcoStruxure IT & Asset Advisor,” kata Yana pada acara virtual media briefing Schneider Electric, Selasa (25/1/2022).

Pemanfaatan teknologi edge data center berbasis modular, seperti Micro Data Center dan Modular Data Center dari Schneider Electric juga dapat mendukung sektor e-commerce dalam mengurangi latensi untuk memaksimalkan pengalaman transaksi terbaik bagi konsumen.

Edge data center

Selain itu, teknologi edge data center berbasis modular juga bisa disesuaikan dengan skala bisnis masing-masing perusahaan.

“Penggunaan sumber listrik terbarukan dan ramah lingkungan, seperti panel surya juga dapat menjadi solusi alternatif untuk pengelolaan data center yang lebih hijau. Mengingat, biaya energi berkontribusi sekitar 40 persen dari biaya operasional,” kata Yana.

Yana juga menyebutkan bahwa sebagai sektor andalan masa depan, e-commerce tengah menghadapi dua tantangan besar. Pertama, tuntutan terhadap pemenuhan pengalaman transaksi terbaik tanpa hambatan. Kedua, desakan global terhadap upaya dekarbonisasi kepada seluruh sektor industri.

Baca juga: Perusahaan Wajib Tahu 3 Tips Wujudkan Transformasi Digital Berikut

Untuk menjawab tantangan tersebut, penguatan infrastruktur digital secara andal, terintegrasi, dan efisien menjadi kunci utama untuk mencapai tujuan sustainability.

Chief Executive Officer Airmas Group Basuki Surodjo mengamini pernyataan Yana. Ia menegaskan bahwa perusahaan e-commerce harus memilki infrastruktur digital yang memadai. Perusahaan juga harus adaptif dengan digital marketing agar tetap sustainable di era industri 4.0.

“Di Airmas Group, kami pun terus berupaya untuk agresif dalam membangun platform digital, baik dalam bentuk mobile app dan website. Selain itu, untuk mendukung bisnis, kami telah melakukan investasi dalam membangun data center sendiri dan menggunakan teknologi yang pintar serta ramah lingkungan,” jelas Basuki.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan bahwa pertumbuhan transaksi perdagangan digital Indonesia masih akan terus menuju ke arah positif.

Baca juga: Dukung Keberlanjutan Industri Data Center, Schneider Electric Luncurkan Sustainability Framework

“Potensi pertumbuhan perdagangan digital di Indonesia masih sangat besar. Pandemi Covid-19 selama dua tahun belakangan ternyata memiliki sisi positif terhadap adaptasi masyarakat menggunakan teknologi digital,” jelasnya.

Lebih lanjut, Bima mengatakan bahwa peningkatan signifikan terhadap platform e-commerce tak hanya terjadi dari sisi jumlah konsumen.

“Pertumbuhan pelaku usaha atau merchant di platform e-commerce juga tumbuh sangat signifikan. Tentu menjadi tantangan bagi para pelaku industri e-commerce untuk mengedukasi merchant baru,” kata Bima.

--

--

Alek Kurniawan
Alek Kurniawan

No responses yet