Transformasi Energi Bersih pada Sektor Infrastruktur Kelistrikan

Alek Kurniawan
2 min readMay 4, 2022

--

Transformasi Energi Bersih pada Sektor Infrastruktur Kelistrikan

Selama 30 tahun ke depan, dunia akan menghasilkan listrik hingga 78.700 TWh. Angka ini meningkat tiga kali lipat dari tahun 2018.

Jika industri dan pemimpin dunia tidak fokus membenahi masalah kelistrikan, bisa jadi dunia akan mengalami kekurangan energi dan menimbulkan kerusakan lingkungan berupa perubahan iklim.

Oleh karena itu, perlu adanya target net-zero emission pada jaringan kelistrikan. Namun, pencapaian target net-zero emission melalui pemanfaatan sumber energi terbarukan perlu juga dibarengi dengan pembaruan infrastruktur jaringan kelistrikan terdesentralisasi untuk mengakomodasi kebutuhan energi masa depan.

Baca juga: Upaya Percepatan Target Emisi Nol Bersih di Indonesia dari Schneider Electric

Jaringan mikro AC/DC hibrida canggih, teknologi baru, dan solusi pembiayaan inovatif bisa menjadi faktor penting dalam memecahkan tantangan tersebut dan mengatasi perubahan iklim. Tujuannya adalah menghadirkan energi yang bersih, andal, dan berkelanjutan.

Cluster President Schneider Electric Indonesia and Timor Leste Roberto Rossi mengatakan, dunia saat ini telah mencapai kemajuan dari sisi pasokan listrik dengan adanya pembangkit energi terbarukan terdesentralisasi. Pembangkit ini pun bisa menghasilkan kapasitas daya ramah lingkungan yang lebih tinggi dan biaya yang lebih murah.

“Kita telah mencapai kemajuan yang luar biasa dalam sektor energi ramah lingkungan sejak dua dekade terakhir. Harga listrik terbarukan pun turun secara eksponensial,” kata Roberto.

Baca juga: Peran Edge Computing dalam Pengembangan Metaverse

Secara global, biaya solusi Solar Photovoltaic (OV) turun 82 persen antara tahun 2010 dan 2019. Sementara, harga listrik dari tenaga surya turun 89 persen dari 359 dollar AS per MWh menjadi 40 dollar AS per MWh pada periode yang sama.

Sayangnya, jaringan listrik warisan masa lalu tidak didesain untuk mendukung pembangkit listrik terbarukan. Kita mulai melihat bahwa jaringan listrik berderit di bawah tekanan pasokan dan beban yang berfluktuasi karena kondisi cuaca yang tidak normal.

Sementara itu, permintaan listrik akan terus meningkat karena adanya digitalisasi dan terjadi pergerakan secara masal dari penggunaan kendaraan dengan mesin pembakaran internal ke kendaraan listrik.

“Jaringan listrik cerdas (smart grid) yang terdesentralisasi, harus diperkuat oleh pembangkit listrik terbarukan yang terdesentralisasi pula. Kombinasi ini akan membawa kita menuju dunia dengan emisi nol-bersih,” kata Roberto.

Baca juga: Tim SmartFOCS dari ITB, Pemenang Indonesia Schneider Go Green 2022

Selain itu, smart grid sangat penting untuk memastikan ketersediaan pasokan energi yang efisien, tangguh, dan andal untuk masa depan. Terlebih lagi, smart grid memungkinkan kita untuk memprediksi, mendeteksi, dan mencegah pemadaman listrik sebelum terjadi.

Hal itu dapat dilakukan berkat teknologi Advanced Distributed Management Solutions (ADMS) dari Schneider Electric dan integrasi platform IT-OT yang secara proaktif mengidentifikasi gangguan pemadaman listrik.

Kedua teknologi itu akan menunjukkan lokasi gangguan jaringan dan memiliki kemampuan memperbaiki sendiri menggunakan switching otomatis.

“Untuk mewujudkan masa depan net-zero lebih cepat, kemitraan di bidang energi harus diwujudkan untuk menciptakan inovasi berkelanjutan yang ramah lingkungan. Sistem kelistrikan yang terdesentralisasi merupakan kunci masa depan yang dapat mendukung upaya pemerintah dunia dalam transisi menuju carbon neutral pada 2060.” jelas Roberto.

--

--

Alek Kurniawan
Alek Kurniawan

No responses yet