Peran Edge Computing dalam Pengembangan Metaverse

Alek Kurniawan
3 min readApr 15, 2022
Pengembangan Metaverse membutuhkan teknologi edge computing

Sejak CEO Facebook Mark Zuckerberg mengumumkan rencana investasi sebesar 10 miliar dollar AS untuk mengembangkan Metaverse, istilah ini menjadi hot topic di seluruh dunia.

Lalu, apa Metaverse sebenarnya? Metaverse merupakan pertemuan antara dunia digital dan fisik. Metaverse adalah sebuah ruang virtual tiga dimensi di mana para pengguna dapat berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain di lingkungan replikasi dunia fisik dengan modifikasi-modifikasi tertentu.

Menariknya, ide Metaverse berasal dari sebuah buku fiksi ilmiah yang diterbitkan pada 1992. Hal ini mengingatkan pada masa awal internet sekitar tiga dekade lalu. Internet juga tampak seperti fiksi bagi kebanyakan orang pada masa itu.

Baca juga: Schneider Electric Hadirkan Pengalaman Miliki Hunian Smart dan Sustainable melalui Schneider Living Space

Bila dirunut awal mulanya, konsep Metaverse juga bukan istilah yang asing. Konsep ini sudah dimasukkan ke dalam platform gaming. Meskipun begitu, potensi untuk pengembangannya masih luas dan para pengembang masih harus menempuh jalan panjang untuk menemukan potensi Metaverse sepenuhnya.

Konsep Metaverse membuka peluang yang sangat luas bagi para pengguna untuk mencoba beragam aktivitas, mulai dari bepergian, berbelanja, mencoba pakaian, hingga menghadiri konser-konser virtual.

Ketika ide Metaverse menjadi sorotan, di saat yang bersamaan masyarakat juga semakin familiar dengan fintech dan cryptocurrency. Hal ini menjadikan konsep Metaverse semakin memiliki peluang untuk berkembang.

Baca juga: Upaya Percepatan Target Emisi Nol Bersih di Indonesia dari Schneider Electric

Faktanya, perusahaan-perusahaan besar kini mulai memasuki dunia Metaverse dan sangat antusias untuk menjadi bagian dari pengalaman internet yang imersif. Sebagian besar perusahaan raksasa teknologi bahkan mulai mengambil langkah-langkah untuk menerapkannya di berbagai industri.

Penampilan bintang pop Ariana Grande dalam sebuah rangkaian konser di Fortnite pada 2022 bisa menjadi contoh. Konser virtual ini mendapatkan perhatian dunia karena menghadirkan pengalaman psychedelic bagi para penonton.

Meskipun berinvestasi di Metaverse tampak menyenangkan, para pemimpin bisnis perlu memiliki pemahaman mendalam mengenai Metaverse dan dampak perubahan teknologi yang akan terjadi.

Edge computing

Dunia sedang mengalami masa disrupsi dengan sangat cepat. Dengan mempertimbangkan gempuran perubahan digital dan teknologi, perusahaan di berbagai industri perlu terus mengikuti permintaan pelanggan yang muncul agar bisa mengendalikan iklim ekonomi saat ini dan di masa depan.

Untuk alasan itu, Chief Information Officer (CIO) di seluruh dunia perlu mulai memikirkan cara-cara untuk mendorong pertumbuhan dan tetap gesit dalam setiap perubahan. Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membawa kehadiran digital mereka ke tingkat berikutnya serta mempersiapkan diri dengan baik ketika Metaverse sungguh menjadi kenyataan.

Baca juga: Tak Hanya Smart Home, Smart Living Kian Menjadi Tren Gaya Hidup Saat Ini

Jaringan 5G dan solusi edge computing hingga saat ini merupakan solusi terbaik.

Jaringan 5G dapat memberikan bandwith yang tepat untuk mendukung koneksi pengguna ke Metaverse. Sementara itu, edge computing dari Schneider Electric dapat menjadi solusi untuk mengurangi latensi serta memungkinkan pemindahan data dan konten digital yang besar secara real time.

Tren Metaverse akan mendorong adopsi edge computing karena merupakan infrastruktur utama yang akan mendorong evolusi Metaverse dan memaksimalkan potensi secara berkelanjutan.

Hemat energi

Meskipun pembahasan tentang Metaverse membuat industri bergairah, tetapi volume pertukaran data, bandwitch, dan pengoperasian data center masih menjadi kendala. Pengoperasian teknologi canggih seperti Metaverse membutuhkan lebih banyak energi.

Memanfaatkan dan memaksimalkan infrastruktur yang sudah ada dapat mengurangi pembangunan data center baru dan berpotensi menambah beban lingkungan.

Ketika perusahaan bergerak menuju Metaverse, mereka harus bekerja dengan para ahli untuk mengatur dan memprioritaskan keberlanjutan data center. Mereka dapat mulai memeriksa emisi Scope 2, mengkaji kembali sumber energi, dan mempertimbangkan teknologi bersih untuk mengatasi jejak karbon.

Baca juga: Universitas Sriwijaya Terima Solar Inverter dari Schneider Electric

Pembangunan edge data center yang ramah lingkungan menjadi kebutuhan untuk memastikan masa depan dunia yang berkelanjutan. Arsitektur data center yang terintegrasi tingkat tinggi, pengelolaan energi yang cerdas, penerapan solusi kontrol otomatis, dan solusi data center berbasis artificial intelligence (AI) dapat mendukung pengelolaan edge data center yang ramah lingkungan.

Semua itu adalah kunci dalam membantu perusahaan untuk membangun Metaverse secara berkelanjutan.

--

--