Schneider Electric Transisi 100 Persen Energi Terbarukan di Pabrik Pintar Cikarang pada 2025
Schneider Electric, pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan automasi, kembali mempertegas komitmennya terhadap praktik sustainability.
Upaya itu dilakukan untuk mendukung pencapaian emisi nol bersih, pelestarian keanekaragaman hayati (biodiversity), dan pemberdayaan komunitas lokal.
Melalui pabrik pintarnya di Cikarang, Schneider Electric menargetkan netralitas karbon pada 2025 dengan pemanfaatan 100 persen energi terbarukan sebagai sumber energi listrik.
Baca juga: Industri Otomotif Harus Tahu Peluang dan Tantangan di Era e-Mobility
Schneider Electric juga menerapkan green supply chain, seperti mengurangi air freight ratio di sektor logistik dan menjalankan program reduce, reuse, recycle (3R) di sektor kemasan produk sehingga dapat mencapai zero waste dalam pengelolaan sampah.
Sejak 2017, pabrik Schneider Electric di Cikarang telah melakukan digitalisasi melalui penerapan teknologi digital dan automasi dengan menerapkan solusi EcoStruxure untuk produktivitas dan efisiensi operasionalnya.
Pabrik pintar di Cikarang juga melakukan pelestarian keanekaragaman hayati di lingkungan pabrik, antara lain dengan mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, menghemat air, memperkuat, dan melestarikan ekosistem lingkungan.
Baca juga: 3 Cara Mengelola Hunian Smart Home
Dalam hal pemberdayaan komunitas lokal, pabrik pintar di Cikarang telah melatih lebih dari 1.000 orang yang mencakup tenaga pendidik dan pelajar sekolah, serta telah menyerap lebih dari 500 tenaga kerja yang berasal dari sekolah menengah kejuruan (SMK) di sekitar wilayah Cikarang.
Business Vice President Sustainability Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Astri Ramayanti Dharmawan mengatakan, Schneider Electric memiliki misi menjadi mitra digital untuk sustainability dan efisiensi.
“Secara global, kami telah memulai perjalanan sustainability sejak 2005 dan terus memperbarui komitmen sustainability kami. Schneider Sustainability Impact (SSI) 2021–2025 terbaru kami berfokus pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) PBB yang mencakup enam komitmen jangka panjang,” katanya.
Baca juga: Sustainability Jadi Prioritas Industri Wujudkan Net Zero Operations
Beberapa komitmen yang dijalankan, di antaranya adalah mempercepat pencapaian netralitas karbon dalam lingkup operasional perusahaan pada 2025, mewujudkan emisi nol bersih pada 2030, menyediakan akses terhadap pendidikan dan pengembangan keahlian di bidang energi kepada 1 juta orang di seluruh dunia, serta mengembangkan inisiatif lokal untuk pemberdayaan komunitas.
“Salah satu komitmen sustainability kami di Indonesia tercermin dalam pabrik pintar di Cikarang yang dapat menjadi contoh dan pembuktian bagaimana penerapan digitalisasi dan sustainability dapat menciptakan harmonisasi pengelolaan ekosistem kerja yang lebih sehat, berkualitas, efisien dan berdampak positif terhadap lingkungan,” katanya.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Tantangan Besar Industri tentang Sustainability?
Baru-baru ini, Schneider Electric juga meluncurkan kampanye #GREENHEROESForLife yang mengajak keterlibatan seluruh pemangku kepentingan internal, pemangku kebijakan, mitra bisnis, dan pelanggan sebagai agen perubahan dalam membangun kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus.
“Kami akan berbagi pengalaman praktik sustainability yang kami dan pelanggan kami jalankan dan diharapkan dapat memberikan insipirasi bagi para mitra,” jelas Astri.
Penerapan sistem automasi
Sebagai pabrik engineered-to-order Schneider Electric terbesar di Asia, Schneider Electric Cikarang menjadi pabrik perakitan panel dengan spesifikasi khusus untuk berbagai macam produk dari peralatan listrik bertegangan rendah hingga menengah.
Terletak di kawasan industri East Jakarta Industrial Park (EJIP) dengan area seluas 33.000 meter persegi, pabrik Cikarang mempekerjakan 800 karyawan dan memiliki sertifikasi berdasarkan standar nasional dan internasional mencakup ISO 9001, ISO 14001, ISO 45001, ISO 50001 dan SMK3.
Schneider Electric Cikarang menggabungkan sistem automasi industri dan pemanfaatan energi terbarukan yang dapat meningkatkan visibilitas dan koordinasi antar-operator, serta meningkatkan efisiensi energi hingga 15 persen.
Baca juga: 3 Langkah Membuat Hunian Menjadi Smart Home
Tidak hanya itu, Schneider Electric Cikarang juga telah menerapkan energi terbarukan dengan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang menghasilkan daya hingga 228 megawatt per hour (MWh) per tahun.
Pabrik pintar tersebut juga telah mengurangi emisi karbon hingga 181 ton karbon dioksida per tahun atau setara dengan menanam 900 pohon per tahun.
Lebih dari 20 persen dari konsumsi energi bulanan di pabrik saat ini dihasilkan dari tenaga surya dan ditargetkan untuk mencapai 100 persen energi terbarukan pada tahun 2025.
Baca juga: Bagaimana Peluang dan Tantangan Industri Otomotif di Era e-Mobility?
Plant Director Schneider Electric Cikarang Joko Sutopo menyampaikan, prinsip Electricity 4.0 yang menggabungkan teknologi digital dengan elektrifikasi dari sumber energi bersih merupakan kunci penting dalam mendukung kesuksesan pencapaian target sustainability.
“Perangkat yang terhubung dengan IoT dan monitoring software, serta pengelolaan data secara real-time dapat memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap konsumsi dan kebutuhan energi, meningkatkan efisiensi, menekan emisi karbon, dan mengoptimalkan pemeliharaan aset,” jelas Joko.
Dari sisi sumber daya manusia (SDM), Schneider Electric juga melakukan transformasi dalam pola pikir dan peningkatan kompetensi digitalnya. Schneider Electric terus mendorong kreativitas SDM dalam menciptakan solusi hijau dan sustainable di lingkungan pabrik, baik itu dalam proses operasional, pelestarian keanekaragaman hayati, maupun pengembangan komunitas lokal.
Baca juga: Membangun Ekosistem Automasi Industri yang Terbuka, Kolaboratif, dan Berbasis Software
Presiden Direktur PT East Jakarta Industrial Park (EJIP) Kenichiro Yoshida turut mengapresiasi kepemimpinan Schneider Electric Cikarang dalam inisiatif digitalisasi dan sustainability di kawasan industri.
“Kami selalu mendukung inisiatif-insiatif proaktif dari para tenan kami, baik itu terkait penerapan teknologi maupun upaya sustainability yang dapat meningkatkan produktivitas dan kontribusinya pada lingkungan dan masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan Schneider Electric Cikarang,” ujar Yoshida.
Tentunya inisiatif seperti itu diharapkan dapat menjadi contoh success story yang akan mendorong lebih banyak lagi pelaku industri di Kawasan EJIP untuk segera bertransformasi menjadi pabrik pintar dan sustainable.
Adapun Kawasan EJIP berdiri sejak 1990 dengan luas area 320 hektare dan memiliki 89 tenan di mana lebih dari 80 persen merupakan perusahaan asal Jepang.