Pemanfaatan Energi Bersih oleh Industri Kelistrikan, Mungkinkah?
Peringatan Hari Listrik Nasional beberapa waktu lalu merupakan momen penting bagi pemangku kelistrikan dan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan energi, seperti Schneider Electric.
Schneider Electric memiliki sejarah panjang dalam mendukung pembangunan dan pengembangan sistem jaringan kelistrikan di Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, tidak sedikit tantangan yang dihadapi dalam pembangunan sistem jaringan kelistrikan yang merata dan dapat diandalkan.
Baca juga: Penghargaan dari Kementerian ESDM untuk Schneider Electric
Terlebih saat ini, sektor kelistrikan di Indonesia dan seluruh dunia tengah mendapatkan sorotan dan tekanan luar biasa untuk dapat memastikan pemerataan akses serta pemenuhan kebutuhan masyarakat dan industri yang terus meningkat.
Di sisi lain, sektor kelistrikan juga dituntut untuk dapat mengatasi perubahan iklim dengan menghasilkan energi yang bersih dan sustainable.
Belum lagi permasalahan operasional seperti kebocoran yang tak terdeteksi dalam produksi listrik dan perjalanan pendistribusiannya dari pembangkit hingga ke konsumen akhir. Hal ini tentu menyebabkan inefisiensi produktivitas yang berujung pada kerugian operasional.
Baca juga: Partnering for Sustainability, Inisiatif Schneider Electric Wujudkan Tujuan Emisi Nol Bersih
Beban yang cukup besar, tetapi bukan tidak mungkin untuk dicari solusinya.
Sektor kelistrikan berpacu dengan waktu untuk dapat bergerak dengan memanfaatkan teknologi digital dan beralih dari sumber energi fosil ke sumber energi terbarukan.
Kombinasi elektrifikasi dan digitalisasi atau dikenal dengan istilah Electricity 4.0 merupakan cara tercepat untuk mencapai target emisi nol bersih.
Dekarbonisasi
Elektrifikasi merupakan vektor terbaik untuk dekarbonisasi, sementara teknologi digital memungkinkan visibilitas menyeluruh dari yang sebelumnya tidak terdeteksi menjadi terlihat. Hal ini memungkinkan operator mengantisipasi kerusakan perangkat sebelum terjadi kegagalan, mengurangi limbah, dan meningkatkan efisiensi.
Meski begitu, transformasi jaringan listrik pintar atau disebut smart grid juga memiliki tantangan tersendiri. Adopsi teknologi digital yang hampir merata di seluruh sektor mulai dari bangunan dan perumahan, industri, serta telekomunikasi dan transportasi mengubah mekanisme komunikasi dengan sistem jaringan listrik yang sebelumnya bersifat satu arah menjadi dua arah.
Sistem kelistrikan semakin kompleks dan perlu terintegrasi, serta dikelola secara cerdas di tingkat lokal dan di tingkat jaringan distribusi. Dengan begitu, operator sistem distribusi dapat memprediksi, memantau, dan mengambil aksi dalam memastikan kebutuhan terpenuhi dengan baik, sekaligus memastikan aspek sustainability-nya.
Baca juga: Realisasi Aksi Sustainability dengan Mengurangi Emisi
Dibutuhkan perencanaan strategis dan holistik dengan berorientasi pada kebutuhan di masa depan agar pengembangan dan pengelolaan smart grid benar-benar dapat mendukung pengendalian perubahan iklim.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, Schneider Electric meyakini konsep kemitraan strategis yang memiliki visi dan misi yang sama untuk membangun dunia kelistrikan lebih berkelanjutan. Schneider Electric menyebutnya “Partnership of The Future”.
Sistem kelistrikan masa depan harus ditunjang dengan mitra teknologi yang berorientasi pada kesederhanaan (simplified), keterbukaan (open system), dan teknologi berbasis perangkat lunak (software-oriented technology).
Tujuannya untuk memaksimalkan potensi sektor kelistrikan dalam mendukung kebutuhan masa depan, baik dari sisi suplai maupun dampak lingkungan.
Baca juga: Schneider Electric Tekankan Upaya Sustainability pada Acara Innovation Summit World Tour 2022
“Sebagai mitra strategis PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, Schneider Electric siap mendukung transformasi sistem distribusi listrik di Indonesia melalui keahlian, pengalaman, dan solusi yang kami miliki. Pengalaman global kami dalam mendukung transformasi digital dari berbagai perusahaan listrik memperlihatkan bagaimana kemitraan yang dibangun dapat menjadi pondasi dalam mencapai tujuan pembangunan sistem kelistrikan yang lebih andal, efisien, dan sustainable,” kata Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi.
Kemitraan terbaru Schneider Electric bersama PLN adalah digitalisasi panel listrik di lima wilayah yang dikelola oleh PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Jakarta Jaya.
Dengan pemanfaatan Smart RMU dari Schneider Electric, memungkinkan tim teknis PLN untuk melakukan kontrol jarak jauh terhadap performa panel, efisiensi waktu pemeliharaan, meningkatkan akurasi pembacaan arus dan tegangan panel, serta meningkatkan keamanan staf teknis terhadap potensi kecelakaan kerja.
“Di global, kami mendukung digitalisasi perusahaan-perusahaan listrik seperti ENEL, Republik Ekuador, dan Tata Power. Perusahaan listrik terbesar di Eropa, Enel, misalnya, lebih dari 110.000 gardu induknya dilengkapi dengan solusi EcoStruxure Grid yang dapat melakukan isolasi kesalahan dengan cara yang sepenuhnya automatis dan terdesentralisasi, mengurangi kehilangan energi listrik sekitar 144 GWh per tahun, setara dengan listrik yang dikonsumsi oleh sekitar 50.000 rumah tangga di Italia setiap tahunnya,” ujar Roberto.
Digitalisasi jaringan kelistrikan dari hulu ke hilir membutuhkan kerja sama yang kolaboratif, Schneider Electric pun ingin mengajak seluruh pemangku kelistrikan di Indonesia, mulai dari sistem integrator, panel builder, electrical dan mechanical contractor, architect, engineering, hingga design consultant untuk bersama membangun ekosistem kemitraan yang terbuka untuk mendukung transformasi sektor kelistrikan di Indonesia lebih cepat.